Sebagian
besar dari kita hanya familiar dengan seni beladiri asal Jepang yang sudah
mendunia, sebut saja karate dan judo. Padahal selain dua seni beladiri populer
tersebut, masih ada banyak seni beladiri lain yang kurang populer. Kyudo adalah
salah satu seni beladiri Jepang yang kurang populer. Secara harfiah, Kyudo
berarti “jalan busur” dan seni beladiri ini berakar dari tradisi kuno Shinto.
Tradisi ini telah menggunakan busur dan panah sebagai bagian dari ritual selama
lebih dari 2000 tahun.
Bagi
praktisi seni beladiri ini, Kyudo lebih sebagai seni daripada olahraga panahan semata.
Sikap dan kehormatan pemanah acap kali lebih penting dibanding mengenai target
semata. Praktisi Kyudo, atau sang pemanah, akan melangkah dengan pelan dan
anggun ke area pemanah. Sesampai di tempatnya, pemanah akan mengangkat busur ke
atas kepalanya dan menarik tali busur sembari menurunkan posisi busur hingga
anak panah sejajar pipinya hingga akhirnya anak panah ditembakkan menuju
sasaran. Sepanjang proses tersebut, pemanah akan memfokuskan pandangan hanya
tertuju pada sasaran panah. Pemanah yang baik bisa dikenali dari konsentrasi
tingkat tinggi yang mampu menunjukkan aura keterangan dan keheningan
melingkupi tubuh mereka.
Sasaran
panah sangat kecil, umumnya berdiameter 36 cm, dan berjarak 28 meter dari area
pemanah. Sebuah tantangan besar untuk mengenai target sekecil dan sejauh itu.
Jika anak panah berhasil mengenai target, semua orang akan meneriakkan kata
“sha”, yang secara harafiah berarti “anak panah” atau tembakan. Pada perlombaan
Kyudo, penilaian berdasarkan jumlah anak panah yang mengenai/tertancap di
sasaran dan bukan kedekatan posisi anak panah dengan pusat sasaran.
Praktisi
seni beladiri Kyudo wajib mengenakan hakama, sejenis kimono, dan praktisi
perempuan juga mengenakan pelindung dada. Praktisi pria dan perempuan
mengenakan sarung tangan kaku dari bahan kulit rusa untuk melindungi tangan
mereka. Pemula yang baru belajar Kyudo akan berlatih merentangkan busur karet
untuk melatih kekuatan dan melatih gerakan menarik busur dan membidik sasaran.
Latihan awal ini bisa berlangsung selama beberapa bulan pertama sebelum bisa
menembakkan anak panah pertama mereka.
Latihan praktisi Kyudo di Jogja
Seperti
layaknya seni beladiri lain, ada tingkatan praktisi Kyudo, atau dikenal
dengan “dan”, berdasarkan kecakapan memanah. Meskipun demikian, banyak praktisi
yang berprinsip menolak adanya tingkatan bahkan menolak kompetisi. Sebaliknya,
mereka lebih fokus pada peningkatan kecakapan individu. Bahkan diantara pemanah
yang menerima konsep “dan” atau tingkatan, tidak ada simbol tertentu, misalnya
sabuk berwarna, untuk membedakan tingkatan satu orang dengan lainnya. Bersambung ke bagian 2