Busur
panah pada seni beladiri Kyudo dikenal dengan nama Yumi. Busur ini
asimetris dan panjang. Berdasarkan catatan sejarah, penduduk Jepang
sudah menggunakan busur asimetris sejak abad ketiga Sebelum Masehi.
Pegangan berada pada posisi dua pertiga dari ujung atas busur sehingga kurva
bagian atas dan bagian bawah busur berbeda. Konstruksi asimetris ini mampu
menghasilkan busur dengan kekuatan tinggi yang mampu diregangkan sejauh
setengah tinggi badan pemanah.
Meskipun
saat ini sudah tersedia busur modern berbahan karbon komposit, sebagian pemanah
lebih memilih Yumi tradisional yang terbuat dari bambu, kayu, dan kulit.
Konstruksi dan bahan pembuat Yumi tidak berubah selama ratusan tahun. Sangat
penting untuk memperlakukan Yumi dengan hormat. Melangkahi Yumi yang tergeletak
di permukaan tanah atau lantai dianggap tindakan tidak sopan. Juga sangat
penting untuk tidak menyentuh Yumi milik orang lain tanpa ijin.
Ya
Ya
adalah anak panah pada seni beladiri Kyudo. Ada dua jenis Ya, yaitu jenis
pria dan jenis perempuan yang dibedakan posisi bulu yang bertolak belakang.
Anak panah jenis pria yang disebut Haya, akan berputar searah jarum jam saat
ditembakkan sedangkan anak panah jenis perempuan atau Otoya, akan berputar
berlawanan arah jarum jam saat ditembakkan. Umumnya pemanah akan menembakkan
anak panah urut bergantian, satu Haya disusul satu Otoya dan seterusnya.
Kyudo
juga melatih karakter praktisinya, tidak hanya berhubungan dengan panahan tapi
lebih dari itu, bagaimana sikap hidup mereka sehari-hari. Konsep untuk secara
total membenamkan diri pada satu tugas dapat membantu menjernihkan pikiran.
Dengan kata lain, sebuah bentuk “meditasi melalui tindakan”, meminjam konsep
Budhisme Zen.Hal ini bisa membantu memancarkan martabat kemanusiaan melampaui
berbagai halangan yang menutupinya. Pada akhirnya, hal ini akan membawa pada
kemajuan moral dan spiritual.
Salah
satu manfaat utama Kyudo justru mampu membantu praktisinya untuk menghindari
konflik dan menahan diri, satu sifat yang cukup jarang dari seni beladiri.
Setiap praktisi Kyudo diharapkan mampu menjunjung sopan santun, belas kasih,
dan moralitas sepanjang waktu, serta mampu tetap tenang dan bermartabat
meskipun berada dalam situasi tertekan.
Prinsip
seni beladiri Kyudo bisa dirangkum sebagai “kebenaran, kebaikan, dan
keindahan”. Kebenaran berkaitan dengan menembakkan anak panah dengan pikiran
yang bersih, kebaikan merujuk pada karakter individu, dan keindahan merujuk
pada keanggunan serta kehalusan etika Kyudo. Bagi sebagian praktisi, Kyudo
hampir seperti kegiatan religius sedangkan bagi praktisi lainnya, Kyudo lebih seperti latihan ketrampilan dan latihan target. Meskipun demikian, filosofi dan elemen
ritual Kyudo lah yang membedakannya dengan jenis panahan lainnya.
0 comments:
Post a Comment